Di
suatu tempat, ada 2 ekor kucing yang akrab dan sangat rukun. Miuw. Ia memiliki
ciri-ciri berbulu putih dan berekor pendek. Usianya sekitar 3 bulan. Miaw. Ia
memiliki ciri-ciri berbulu hitam dan berekor panjang. Usianya sekitar 1 bulan.
Mereka berdua dilahirkan dari seekor induk yang memiliki 3 warna pada bulunya.
Hitam, coklat dan putih. Ia adalah kucing persilangan dengan anggora. Ia
memiliki ekor lebat dan panjang.
Suatu
hari, mereka berdua mencari makanan di
sebuah tempat yang kotor. Di tempat itulah mereka biasa mencari makanan. Miuw
mengais-ngais sampah sampai dapat sebuah makanan. Begitu pula dengan Miaw.
“Miaw,
apakah kamu sudah mendapatkan sebuah
makanan?” tanya Miuw.
“Belum
satupun, Miuw. Aku lelah. Kenapa mama membiarkan kita seperti ini?” jawab Miuw
dengan suara lirih.
“Sssstt...
kita harus semangat, Miaw. Kamu tidak boleh berbicara seperti itu. Kita pasti
bisa kok. Kakak akan jaga kamu, Miuw.”
Mereka pun melanjutkan untuk mencari makan.
Akhirnya,
Miuw mendapatkan sebungkus makanan. Walaupun makanan itu sudah tidak layak
dimakan. Mereka makan makanan tersebut. Mereka sangat menikmatinya. Salah satu
kebahagiaan yang mereka dapatkan adalah mendapat makanan.
“Ini
sangatlah lezat dan nikmat, Miaw!” ujar Miuw sambil mengoyak makanan.
Sesudah
mereka makan, mereka kembali berjalan-jalan keliling kampung. Itu lah kegiatan
Miuw dan Miaw setelah makan. Mereka melihat sekelilingnya. Sangat ramai.
Miaw masuk ke salah satu rumah warga.
“Hmm...
aku mencium aroma ikan goreng. Sepertinya... aroma ini berasal dari rumah itu.”
Ujar Miaw sambil memasuki rumah yang beraroma ikan goreng itu.
Salah satu penghuni rumah tersebut berteriak karena
ia tidak suka dan geli dengan kucing. Penghuni itu melempari Miaw dan
memukulnya menggunakan sapu. Miuw bingung karena Miaw tidak ada di sampingnya.
Penghuni itu mengusir Miaw dengan menyiramnya dengan air.
“Huss...
huss.... duhh ada kucing!! Pergi kamu! Husss!!! Dasar pencuri ikan!!! Jorok
dekil!!! Jijikk!!1 hussss!!!!”
“Ampuni
aku! Aku lapar! Aku hanya ingin ikanmu, manusia! Beri aku satu potong bagian
ikannya. Aku disini bukan bermaksud mencuri ikan mu manusia! Jangan pukul aku
manusia! Sakit!!!” teriak Miaw dengan nada lirih dan sakit karena pukulan
sapu yang diarahkan ke tubuh Miaw.
Mendengar itu, Miuw langsung menghampiri Miaw yang
kesakitan karena dipukul sapu. Miaw berjalan sempoyongan dan lemas tidak
berdaya.
“Miaw...
Miaw... kamu sadar kan? Miaw! Bangunlah. Kamu tidak apa kan? Kenapa kamu harus
masuk ke rumah itu, Miaw? Manusia tidak menyukai kita. Manusia selalu
berpikiran kalau kita ini pencuri makanan. Sudahlah Miaw ! besok lagi jangan
kamu masuk ke rumah manusia!” ujar Miuw
sambil menuntun Miaw.
“Miuw...
punggungku sakit. Badanku basah. Aku disiram air tadi. Hangatkan aku Miuw.
Tolong..” Miaw menangis dan merintih kesakitan. Badannya menggigil karena
dingin disiram air.
Miuw menghangatkan Miaw. Mereka diam di suau tempat
yang teduh. Miuw memilih untuk istirahat sejenak di depan toko kosong. Tempat
itu sangat kotor. Miuw menjilati tubuh
Miaw layaknya seorang induk yang telah melahirkan mereka berdua. Padahal Miuw
adalah kucing jantan. Tapi, apapun ia lakukan
demi adiknya.
Malam
hari pun tiba. Hawanya sangat panas dan gerah. Tanda-tanda hujan malam itu.
“Miuw,
aku lapar.” Ujar Miaw sambil menangis kecil karena kelaparan
“Kita
mau cari makan di mana, Miaw? Cuaca sudah mulai hujan.” Jawab Miuw dengan nada
tidak tega melihat adiknya kelaparan.
Miuw sangat bingung ingin mencari makanan dimana
untuk adiknya.
“Tunggu
disini, Miaw. Jangan kemana-mana. Aku akan cari makanan untuk kamu.”
Sepertinya, Miuw memiliki satu tempat untuk mencari
makanan. Miaw kembalii beristirahat.
Sesampainya
di tempat, Miuw dengan gesitnya mengais-ngais tempat sampah. Ia harus
mendapatkan makanan.
“Aku
harus dapat makanan. Aku harus dapat!” ucap Miuw dengan semangat.
Tiba-tiba ada seseorang mendekati Miuw. Ia mengelus-elus Miuw.
“Apa
yang kamu lakukan manusia? Jangan apa-apakan aku! jangan ganggu aku!” lawan
Miuw sambil mengeluarkan desisan
ularnya.
“Waw...
kamu sangat galak kucing manis. Jangan berpikir aneh-aneh kucing manis. Aku
disini baik-baik saja. Kamu sangatlah lucu. Lebih baik kamu ikut aku.” ucap
manusia sambil menggendong Miuw.
“Aku
mau dibawa kemana? Lepaskan aku! bagaimana dengan adikku?!” Miuw berusaha
melepaskan diri dari gendongan manusia.
“Kemana,
Miuw?” Miaw mulai khawatir.
Miaw mulai mencari Miuw. Ia berlari dengan kencang.
Ia melihat Miuw digendong oleh seorang manusia.
“Hah?
Miuw? Miuw!!! Miuw!!!” teriak Miaw memanggil si Miuw.
Miuw mendengar teriakan Miaw. Tetapi Miuw terlanjur
masuk ke dalam mobil si manusia
tersebut. Mobil terparkir di seberang jalan. Miaw tetap mengejar Miuw. Miuw berusaha melepaskan diri tetapi tetap
tidak bisa.
Miaw tidak melihat kanan kiri jalan. Dan akhirnya...
“Awas
Miawwww!!!!!!!!!!”
Miaw tertabrak mobil. Ia berlumuran darah. Ia
terkapar lemas di tengah jalan. Miuw berusaha keras untuk melepaskan diri. Ia
pun berhasil. Miuw langsung menyeberang jalan dan menolong Miaw. Miaw
digendongnya ke pinggir jalan.
“Miaw!!
Bangunlah!!! Aku sudah menyimpan makanan itu untuk kamu!!Miaw bangunlah! Jangan
tinggalkan aku Miaw!!!” Miuw berusaha membangunkan Miaw dengan cara menekan
perutnya dan menjilati matanya. Miaw terbangun dengan suara mengeong. Suara itu
sangat lirih, sedih, dan sakit.
“Meoooww.....”
“Tidak,
Miaw! Kamu harus bangun! Bangun, Miaw!! Aku sudah mendapatkan makanannya,
Miaw!! Miawww!!!!!!! Miawwww!!!!!” Miuw menangis karena kehilangan satu adiknya
yang sangat ia sayangi.
Akhirnya,
Miuw pun membawa Miaw ke suatu tempat. Miuw menggali tanah sedalam-dalamnya. Ia
menyiapkan makam untuk adiknya. Setelah makan itu siap, Miaw diangkat dan
dimasukkan ke dalam makam tersebut. Semenjak kematian Miaw, Miuw selalu menjaga
Miaw walaupun sekarang mereka berada di alam yang berbeda.
Pesan dari seorang penulis :
“Kalau kamu tidak suka dengan
kucing. Janganlah kamu menyakitinya.”